Selasa, 27 Oktober 2015

thumbnail

Siswa SMA Semarang Ciptakan Helm untuk Pemotor yang Ngantukan

Permasalahan yang kerap dialami oleh pemotor salah satunya adalah mengantuk ketika berkendara hingga tidak jarang menyebabkan kecelakaan. Melihat hal itu, remaja asal Semarang menciptakan helm yang bisa mengantisipasi rasa ngantuk pemotor.


Sindoro Sindhu Khrisna (15) itulah nama remaja pencipta helm yang diberi nama helm D-Tech. Siswa SMAN 3 Semarang itu dengan ketertarikannya terhadap teknologi berhasil merangkaikan sensor gerak ke helm.

"Pemotor itu kan banyak yang ngantukan (suka mengantuk). Ini helm bisa memberikan peringatan," kata Sindhu kepadaa detikcom, Senin (26/10/2015).

Wujud helm tersebut sekilas terlihat biasa saja, namun ada tambahan alat berbentuk kotak di bagian atas, kanan, dan kiri. Pada masing-masing alat terdapat sensor gerak, sedangkan di bagian dalam diberi speaker kecil dengan suara tidak terlalu keras.

Cara kerja helm D-Tech yaitu jika ada kendaraan dari kanan atau kiri mendekat secara tiba-tiba maka speaker akan mengeluarkan suara. Begitupun dengan sensor yang menghadap ke depan bisa memberi peringatan jika ada benda di depan datang secara mendadak.

"Jadi nanti bisa bunyi, ada suara 'kanan', 'kiri', atau 'depan'. Kalau yang mendekat tapi sangat pelan, tidak akan berbunyi," pungkas putra dari pasangan Eko Pramono dan Aryana Budi Dewayani itu.
Fungsi peringatan tersebut, lanjut Sindhu untuk memberi tahu jika tiba-tiba pemotor mengantuk dan oleng ke kanan atau ke kiri atau bahkan tidak sadar ada mobil di depannya yang mengerem mendadak.



"Jadi ada peringatan dan ada waktu untuk merespons," tandasnya.

Sindhu pernah mendapatkan medali perak dalam ajang lomba penelitian ilmiah remaja (LPIR) tahun 2014 berkat temuannya tersebut. Kala itu ia masih duduk di kelas IX SMPN 2 Semarang dan mengerjakannya dengan teman bernama Syamsul Tamimi Prasetya Aji.

Remaja yang tinggal di Jalan Pringgodani Dalam, Semarang itu ternyata tidak berhenti setelah mendapat medali. Ia berusaha menyempurnakan D-Tech dibantu rekannya, Jasmine Mutia Salsabila dan Fara Athalabiba.

"Ini sudah pernah dapet perak di LPIR waktu SMP. Dulu tidak sebagus ini, alarmnya dulu ngagetin, kalau sekarang pakai suara, saya rekam suara teman saya, hehe,"  ujarnya.

Ia berharap temuannya itu bisa berguna dan diproduksi massal. Untuk harga satu paket alat D-Tech tanpa helm, diperkirakan seharga Rp 150 ribu, namun jika bisa diproduksi massal, maka harganya kemungkinan bisa lebih murah.

"Ingin dikembangin lagi. Kalau diproduksi ya mungkin Rp 150 ribu. Belum sama helm-nya," tutup Sindhu. 

Subscribe by Email

Follow Updates Articles from This Blog via Email

No Comments